PENTINGNYA PENGGUNAAN RAGAM BAHASA INDONESIA
bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosakata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad, disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus.Penggunaan bahasa itu sendiri berbeda pada setiap masyarakat dan memiliki aturan yang berbeda pula pada masing-masing pemakaian bahasanya. Sebagai rakyat Indonesia, sudah menjadi kewajiban dan sudah menjadi hal yang lazim pada semua kalangan masyarakat di Indonesia untuk menggunakan Bahasa Indonesia. Dalam bahasa itu sendiri terdapat keragaman bahasa yang memiliki makna sebagai berikut : Ragam bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan dialek yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Variasi tersebut bisa berbentuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai variasi sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa baku itu sendiri. Variasi di tingkat leksikon, seperti slang dan argot, sering dianggap terkait dengan gaya atau tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya kadang juga dianggap sebagai suatu variasi atau ragam tersendiri. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam masyarakat kita ini terutama di Ibu Kota Jakarta memang sudah lazim digunakan, namun banyak yang tidak menggunakan aturan berbahasa Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sementara aturan dalam Bahasa Indonesia sendiri bervariasi dalam penggunaannya. Pentingnya penggunaan Bahasa Indonesia yang baik benar dalam masyarakat kita diperlukan sebagai penyetaraan dalam bersosialisasi dengan sesama rakyat Indonesia.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9),
bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah
pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi
remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi
digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di
rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan
bahasa, yaitu ragam bahasa lisan, dan ragam bahasa tulis. Bahasa yang
dihasilkan melalui alat ucap dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan
ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa
tulis.
Dalam lingkungan yang lebih kecil
lagi, yaitu di dalam dunia perkuliahan, khususnya pada bidang Sistem
Informasi, penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sangatlah
diperlukan. Dalam Sistem Informasi itu sendiri terdapat beberapa aspek
yang membutuhkan tata bahasa yang benar. Seperti halnya pada pemrograman
dibutuhkan struktur bahasa yang benar sehingga dapat mempermudah dalam
penerapannya. Kesalahan bahasa dalam penyampaian informasi dapat
berdampak buruk bagi semua penerimanya, maka dari itu penggunaan tata
bahasa itu sendiri haruslah sangat diperhatikan. Dalam bidang sistem
informasi itu sendiri terdapat banyak pembahasan mengenai
informasi-informasi dan tekhnik pengolahannya. Tentunnya akan sangat
dibutuhkan olah bahasa yang baik pula untuk penyampaian sistem itu
sendiri. Kesimpulan dari artikel ini adalah betapa pentingnya penggunaan
bahasa yg kita gunakan dalam bidang apapun, karena jika terdapat
kesalahan dalam penggunaannya akan menimbulkan kesalah pahaman terhadap
hal yang dimaksudkan terlebih dalam bidang sistem informasi. Yang
memiliki cukup luas cakupan pembahasan mengenai penyampaian informasi
itu sendiri sehingga harus sangat diperhatikan dalam penyampaiannya.
PENTINGNYA BERBAHASA
YANG BAIK DAN BENAR DALAM DUNIA SISTEM INFORMASI
Ragam bahasa
adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan
dialek yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Variasi tersebut
bisa berbentuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai variasi
sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa baku itu sendiri. Variasi
di tingkat leksikon, seperti slang dan argot, sering dianggap terkait
dengan gaya atau tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya
kadang juga dianggap sebagai suatu variasi atau ragam tersendiri .
Jenis ragam bahasa
Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan antara lain atas:
· Ragam bahasa undang-undang
· Ragam bahasa jurnalistik
· Ragam bahasa ilmiah
· Ragam bahasa sastra
Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
Ragam lisan
adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh
ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian.
Ciri-ciri ragam lisan :
- Memerlukan orang kedua/teman bicara;
- Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
- Hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
- Berlangsung cepat;
- Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
- Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
-Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta
intonasi.
Contoh Ragam lisan antara lain meliputi:
o Ragam bahasa cakapan
o Ragam bahasa pidato
o Ragam bahasa kuliah
o Ragam bahasa panggung
· Ragam tulis
adalah Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
· Ciri Ragam Bahasa Tulis :
1 - Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
2 - Tidak terikat ruang dan waktu
3. - Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat
4. - Pembentukan kata dilakukan secara sempurna,
· Ragam tulis yang antara lain meliputi:
o Ragam bahasa teknis
o Ragam bahasa undang-undang
o Ragam bahasa catatan
o Ragam bahasa surat
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembiacra dibedakan menurut akrab
tidaknya pembicara
· Ragam bahasa resmi
· Ragam bahasa akrab
· Ragam bahasa agak resmi
· Ragam bahasa santai
· dan sebagainya
Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
a. Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/diolek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta
berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali,
Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang
berbeda-beda. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan
“t” seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
b. Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan Penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan
berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata
yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin,
video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan
mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan
ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya
membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat
pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
c. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara
atau sikap penulis terhadap pembawa sikap itu antara lain resmi, akrab,
dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau
penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati
bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya.
Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan
pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin
formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat
ke formalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan.
Bahasa baku dipakai dalam :
1. Pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar,
rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran.
2. Pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan
atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat.
3. Komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran
pekerjaan, undang-undang.
4. Wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis,
disertasi.
Ragam Bahasa menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan.
Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita
menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam
lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan
kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan
politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan
ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang
digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula
dengan istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah
peristilahan/ungkapan khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya
masjid, gereja, vihara digunakan dalam bidang agama. Koroner,
hipertensi, digunakan dalam bidang kedokteran. Improvisasi, kontemporer
banyak digunakan dalam lingkungan seni. Kalimat yang digunakan pun
berbeda sesuai dengan pokok persoalan dikemukakan. Kalimat dalam
undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra,
kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran atau
majalah dan lain-lain.
Bahasa Baku
Bahasa baku ialah bahasa yang digunakan oleh masyarakat paling luas
pengaruhnya dan paling besar wibawanya. Bahasa ini digunakan dalam
situasi resmi, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
Bahasa baku menjalankan empat fungsi, yaitu
(1) fungsi pemersatu.
(2) fungsi penanda kepribadian.
(3) fungsi penambah wibawa.
(4) fungsi sebagai kerangka acuan.
Ejaan
Bahasa jurnalistik harus memperhatikan ejaan yang benar. Kedengarannya
mudah, tetapi dalam praktek banyak mengalami kesulitan. Wartawan
semestinya memiliki Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Disempurnakan untuk
dikonsultasi sewaktu diperlukan.
Dialek
1. Dialek regional, yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah
tertentu sehingga ia membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah
dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski mereka berasal
dari eka bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon,
dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu dialek Medan.
2. Dialek sosial, yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok
masyarakat tertentu atau yang menandai tingkat masyarakat tertentu.
Contohnya dialek wanita dan dialek remaja.
3. Dialek temporal, yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu
tertentu. Contohnya dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu
zaman Abdullah.
4. diolek, yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita
semua berbahasa Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas
pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.
Tata bahasa
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa, bahasa Indonesia tidak
menggunakan kata bergender. Sebagai contoh kata ganti seperti "dia"
tidak secara spesifik menunjukkan apakah orang yang disebut itu lelaki
atau perempuan. Hal yang sama juga ditemukan pada kata seperti "adik"
dan "pacar" sebagai contohnya. Untuk memerinci sebuah jenis kelamin,
sebuah kata sifat harus ditambahkan, "adik laki-laki" sebagai contohnya.
Ada juga kata yang berjenis kelamin, seperti contohnya "putri" dan
"putra". Kata-kata seperti ini biasanya diserap dari bahasa lain. Pada
kasus di atas, kedua kata itu diserap dari bahasa Sanskerta melalui
bahasa Jawa Kuno.
Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakanlah
reduplikasi (perulangan kata), tapi hanya jika jumlahnya tidak terlibat
dalam konteks. Sebagai contoh "seribu orang" dipakai, bukan "seribu
orang-orang". Perulangan kata juga mempunyai banyak kegunaan lain, tidak
terbatas pada kata benda.
Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak,
yaitu "kami" dan "kita". "Kami" adalah kata ganti eksklusif yang berarti
tidak termasuk sang lawan bicara, sedangkan "kita" adalah kata ganti
inklusif yang berarti kelompok orang yang disebut termasuk lawan
bicaranya.
Susunan kata dasar yaitu Subyek - Predikat - Obyek (SPO), walaupun
susunan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa
berinfleksikan kepada orang atau jumlah subjek dan objek. Bahasa
Indonesia juga tidak mengenal kala (tense). Waktu dinyatakan dengan
menambahkan kata keterangan waktu (seperti, "kemarin" atau "esok"), atau
petunjuk lain seperti "sudah" atau "belum".
Dengan tata bahasa yang cukup sederhana bahasa Indonesia mempunyai
kerumitannya sendiri, yaitu pada penggunaan imbuhan yang mungkin akan
cukup membingungkan bagi orang yang pertama kali belajar bahasa
Indonesia.
Pentingnya Menggunakan Bahasa Yang Baik dan Benar Dalam Dunia Sistem
Informasi.
Bahasa sebagai Alat Komunikasi. Komunikasi adalah tahapan lebih jauh
dari ekspresi diri. Komunikasi pun tidak akan sempurna jika orang yang
menangkap komunikasi kita tidak mengerti apa yang kita sampaikan. Maka
dari itu Menggunakan bahasa yang baik sangat penting Karena dari tata
cara bahasa seseorang kita dapat menilai kecerdasan orang tersebut.
Apabila bahasa yang digunakan baik dan benar maka bagi pendengar
tentunya lebih mudah dipahami. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan
sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan
negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita.
Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai
diri sendiri. Karena fungsi bahasa adalah untuk menyampaikan informasi
ke pada orang lain agar orang yang kita beri informasi tersebut mengerti
dan paham.
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal
itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita
harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita.
Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan
sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita
abaikan
Kemudian dalam era tahun ini yang semakin lama teknologi semakin
canggih sangat di butuhkan untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar
dalam dunia sistem infromasi agar tidak terjadi kesalahan dalam
menerima sebuah informasi.
KESALAHAN-KESALAHAN BAHASA
Kerancuan (Kontaminasi)
Kontaminasi ialah pencampuran dengan tidak sengaja. Pencampuran ini
sudah tentu tidak dapat dibenarkan karena membuat kalimat menjadi kacau
(rancu). Contoh:
1. “untuk sementara waktu” mestinya “untuk sementara” atau “untuk
beberapa waktu” .
2. “sementara orang” mestinya “beberapa orang”
3. “selain daripada itu” mestinya “selain itu” atau “lain daripada itu”;
4. “dan lain sebagainya” mestinya “dan lain-lain” atau “dan sebagainya”;
5. “berhubung karena” mestinya “berhubung dengan” atau “karena”;
6. “demi untuk” mestinya “demi” saja atau “untuk” saja;
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
PENTINGNYA BERBAHASA
YANG BAIK DAN BENAR DALAM DUNIA SISTEM INFORMASI
Ragam bahasa
adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan
dialek yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Variasi tersebut
bisa berbentuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai variasi
sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa baku itu sendiri. Variasi
di tingkat leksikon, seperti slang dan argot, sering dianggap terkait
dengan gaya atau tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya
kadang juga dianggap sebagai suatu variasi atau ragam tersendiri .
Jenis ragam bahasa
Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan antara lain atas:
· Ragam bahasa undang-undang
· Ragam bahasa jurnalistik
· Ragam bahasa ilmiah
· Ragam bahasa sastra
Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
Ragam lisan
adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh
ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian.
Ciri-ciri ragam lisan :
- Memerlukan orang kedua/teman bicara;
- Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
- Hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
- Berlangsung cepat;
- Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
- Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
-Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta
intonasi.
Contoh Ragam lisan antara lain meliputi:
o Ragam bahasa cakapan
o Ragam bahasa pidato
o Ragam bahasa kuliah
o Ragam bahasa panggung
· Ragam tulis
adalah Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
· Ciri Ragam Bahasa Tulis :
1 - Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
2 - Tidak terikat ruang dan waktu
3. - Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat
4. - Pembentukan kata dilakukan secara sempurna,
· Ragam tulis yang antara lain meliputi:
o Ragam bahasa teknis
o Ragam bahasa undang-undang
o Ragam bahasa catatan
o Ragam bahasa surat
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembiacra dibedakan menurut akrab
tidaknya pembicara
· Ragam bahasa resmi
· Ragam bahasa akrab
· Ragam bahasa agak resmi
· Ragam bahasa santai
· dan sebagainya
Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
a. Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/diolek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta
berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali,
Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang
berbeda-beda. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan
“t” seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
b. Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan Penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan
berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata
yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin,
video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan
mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan
ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya
membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat
pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
c. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara
atau sikap penulis terhadap pembawa sikap itu antara lain resmi, akrab,
dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau
penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati
bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya.
Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan
pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin
formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat
ke formalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan.
Bahasa baku dipakai dalam :
1. Pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar,
rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran.
2. Pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan
atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat.
3. Komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran
pekerjaan, undang-undang.
4. Wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis,
disertasi.
Ragam Bahasa menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan.
Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita
menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam
lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan
kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan
politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan
ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang
digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula
dengan istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah
peristilahan/ungkapan khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya
masjid, gereja, vihara digunakan dalam bidang agama. Koroner,
hipertensi, digunakan dalam bidang kedokteran. Improvisasi, kontemporer
banyak digunakan dalam lingkungan seni. Kalimat yang digunakan pun
berbeda sesuai dengan pokok persoalan dikemukakan. Kalimat dalam
undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra,
kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran atau
majalah dan lain-lain.
Bahasa Baku
Bahasa baku ialah bahasa yang digunakan oleh masyarakat paling luas
pengaruhnya dan paling besar wibawanya. Bahasa ini digunakan dalam
situasi resmi, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
Bahasa baku menjalankan empat fungsi, yaitu
(1) fungsi pemersatu.
(2) fungsi penanda kepribadian.
(3) fungsi penambah wibawa.
(4) fungsi sebagai kerangka acuan.
Ejaan
Bahasa jurnalistik harus memperhatikan ejaan yang benar. Kedengarannya
mudah, tetapi dalam praktek banyak mengalami kesulitan. Wartawan
semestinya memiliki Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Disempurnakan untuk
dikonsultasi sewaktu diperlukan.
Dialek
1. Dialek regional, yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah
tertentu sehingga ia membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah
dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski mereka berasal
dari eka bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon,
dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu dialek Medan.
2. Dialek sosial, yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok
masyarakat tertentu atau yang menandai tingkat masyarakat tertentu.
Contohnya dialek wanita dan dialek remaja.
3. Dialek temporal, yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu
tertentu. Contohnya dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu
zaman Abdullah.
4. diolek, yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita
semua berbahasa Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas
pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.
Tata bahasa
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa, bahasa Indonesia tidak
menggunakan kata bergender. Sebagai contoh kata ganti seperti "dia"
tidak secara spesifik menunjukkan apakah orang yang disebut itu lelaki
atau perempuan. Hal yang sama juga ditemukan pada kata seperti "adik"
dan "pacar" sebagai contohnya. Untuk memerinci sebuah jenis kelamin,
sebuah kata sifat harus ditambahkan, "adik laki-laki" sebagai contohnya.
Ada juga kata yang berjenis kelamin, seperti contohnya "putri" dan
"putra". Kata-kata seperti ini biasanya diserap dari bahasa lain. Pada
kasus di atas, kedua kata itu diserap dari bahasa Sanskerta melalui
bahasa Jawa Kuno.
Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakanlah
reduplikasi (perulangan kata), tapi hanya jika jumlahnya tidak terlibat
dalam konteks. Sebagai contoh "seribu orang" dipakai, bukan "seribu
orang-orang". Perulangan kata juga mempunyai banyak kegunaan lain, tidak
terbatas pada kata benda.
Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak,
yaitu "kami" dan "kita". "Kami" adalah kata ganti eksklusif yang berarti
tidak termasuk sang lawan bicara, sedangkan "kita" adalah kata ganti
inklusif yang berarti kelompok orang yang disebut termasuk lawan
bicaranya.
Susunan kata dasar yaitu Subyek - Predikat - Obyek (SPO), walaupun
susunan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa
berinfleksikan kepada orang atau jumlah subjek dan objek. Bahasa
Indonesia juga tidak mengenal kala (tense). Waktu dinyatakan dengan
menambahkan kata keterangan waktu (seperti, "kemarin" atau "esok"), atau
petunjuk lain seperti "sudah" atau "belum".
Dengan tata bahasa yang cukup sederhana bahasa Indonesia mempunyai
kerumitannya sendiri, yaitu pada penggunaan imbuhan yang mungkin akan
cukup membingungkan bagi orang yang pertama kali belajar bahasa
Indonesia.
Pentingnya Menggunakan Bahasa Yang Baik dan Benar Dalam Dunia Sistem
Informasi.
Bahasa sebagai Alat Komunikasi. Komunikasi adalah tahapan lebih jauh
dari ekspresi diri. Komunikasi pun tidak akan sempurna jika orang yang
menangkap komunikasi kita tidak mengerti apa yang kita sampaikan. Maka
dari itu Menggunakan bahasa yang baik sangat penting Karena dari tata
cara bahasa seseorang kita dapat menilai kecerdasan orang tersebut.
Apabila bahasa yang digunakan baik dan benar maka bagi pendengar
tentunya lebih mudah dipahami. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan
sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan
negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita.
Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai
diri sendiri. Karena fungsi bahasa adalah untuk menyampaikan informasi
ke pada orang lain agar orang yang kita beri informasi tersebut mengerti
dan paham.
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal
itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita
harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita.
Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan
sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita
abaikan
Kemudian dalam era tahun ini yang semakin lama teknologi semakin
canggih sangat di butuhkan untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar
dalam dunia sistem infromasi agar tidak terjadi kesalahan dalam
menerima sebuah informasi.
KESALAHAN-KESALAHAN BAHASA
Kerancuan (Kontaminasi)
Kontaminasi ialah pencampuran dengan tidak sengaja. Pencampuran ini
sudah tentu tidak dapat dibenarkan karena membuat kalimat menjadi kacau
(rancu). Contoh:
1. “untuk sementara waktu” mestinya “untuk sementara” atau “untuk
beberapa waktu” .
2. “sementara orang” mestinya “beberapa orang”
3. “selain daripada itu” mestinya “selain itu” atau “lain daripada itu”;
4. “dan lain sebagainya” mestinya “dan lain-lain” atau “dan sebagainya”;
5. “berhubung karena” mestinya “berhubung dengan” atau “karena”;
6. “demi untuk” mestinya “demi” saja atau “untuk” saja;
SUMBER :
http://fendipandu.blogspot.com/2013/10/ragam-bahasa-dan-pentingnya-berbahasa_3.html
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
PENTINGNYA BERBAHASA
YANG BAIK DAN BENAR DALAM DUNIA SISTEM INFORMASI
Ragam bahasa
adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan
dialek yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Variasi tersebut
bisa berbentuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai variasi
sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa baku itu sendiri. Variasi
di tingkat leksikon, seperti slang dan argot, sering dianggap terkait
dengan gaya atau tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya
kadang juga dianggap sebagai suatu variasi atau ragam tersendiri .
Jenis ragam bahasa
Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan antara lain atas:
· Ragam bahasa undang-undang
· Ragam bahasa jurnalistik
· Ragam bahasa ilmiah
· Ragam bahasa sastra
Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
Ragam lisan
adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh
ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian.
Ciri-ciri ragam lisan :
- Memerlukan orang kedua/teman bicara;
- Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
- Hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
- Berlangsung cepat;
- Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
- Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
-Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta
intonasi.
Contoh Ragam lisan antara lain meliputi:
o Ragam bahasa cakapan
o Ragam bahasa pidato
o Ragam bahasa kuliah
o Ragam bahasa panggung
· Ragam tulis
adalah Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
· Ciri Ragam Bahasa Tulis :
1 - Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
2 - Tidak terikat ruang dan waktu
3. - Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat
4. - Pembentukan kata dilakukan secara sempurna,
· Ragam tulis yang antara lain meliputi:
o Ragam bahasa teknis
o Ragam bahasa undang-undang
o Ragam bahasa catatan
o Ragam bahasa surat
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembiacra dibedakan menurut akrab
tidaknya pembicara
· Ragam bahasa resmi
· Ragam bahasa akrab
· Ragam bahasa agak resmi
· Ragam bahasa santai
· dan sebagainya
Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
a. Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/diolek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta
berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali,
Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang
berbeda-beda. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan
“t” seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
b. Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan Penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan
berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata
yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin,
video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan
mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan
ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya
membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat
pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
c. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara
atau sikap penulis terhadap pembawa sikap itu antara lain resmi, akrab,
dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau
penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati
bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya.
Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan
pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin
formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat
ke formalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan.
Bahasa baku dipakai dalam :
1. Pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar,
rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran.
2. Pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan
atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat.
3. Komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran
pekerjaan, undang-undang.
4. Wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis,
disertasi.
Ragam Bahasa menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan.
Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita
menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam
lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan
kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan
politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan
ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang
digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula
dengan istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah
peristilahan/ungkapan khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya
masjid, gereja, vihara digunakan dalam bidang agama. Koroner,
hipertensi, digunakan dalam bidang kedokteran. Improvisasi, kontemporer
banyak digunakan dalam lingkungan seni. Kalimat yang digunakan pun
berbeda sesuai dengan pokok persoalan dikemukakan. Kalimat dalam
undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra,
kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran atau
majalah dan lain-lain.
Bahasa Baku
Bahasa baku ialah bahasa yang digunakan oleh masyarakat paling luas
pengaruhnya dan paling besar wibawanya. Bahasa ini digunakan dalam
situasi resmi, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
Bahasa baku menjalankan empat fungsi, yaitu
(1) fungsi pemersatu.
(2) fungsi penanda kepribadian.
(3) fungsi penambah wibawa.
(4) fungsi sebagai kerangka acuan.
Ejaan
Bahasa jurnalistik harus memperhatikan ejaan yang benar. Kedengarannya
mudah, tetapi dalam praktek banyak mengalami kesulitan. Wartawan
semestinya memiliki Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Disempurnakan untuk
dikonsultasi sewaktu diperlukan.
Dialek
1. Dialek regional, yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah
tertentu sehingga ia membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah
dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski mereka berasal
dari eka bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon,
dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu dialek Medan.
2. Dialek sosial, yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok
masyarakat tertentu atau yang menandai tingkat masyarakat tertentu.
Contohnya dialek wanita dan dialek remaja.
3. Dialek temporal, yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu
tertentu. Contohnya dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu
zaman Abdullah.
4. diolek, yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita
semua berbahasa Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas
pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.
Tata bahasa
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa, bahasa Indonesia tidak
menggunakan kata bergender. Sebagai contoh kata ganti seperti "dia"
tidak secara spesifik menunjukkan apakah orang yang disebut itu lelaki
atau perempuan. Hal yang sama juga ditemukan pada kata seperti "adik"
dan "pacar" sebagai contohnya. Untuk memerinci sebuah jenis kelamin,
sebuah kata sifat harus ditambahkan, "adik laki-laki" sebagai contohnya.
Ada juga kata yang berjenis kelamin, seperti contohnya "putri" dan
"putra". Kata-kata seperti ini biasanya diserap dari bahasa lain. Pada
kasus di atas, kedua kata itu diserap dari bahasa Sanskerta melalui
bahasa Jawa Kuno.
Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakanlah
reduplikasi (perulangan kata), tapi hanya jika jumlahnya tidak terlibat
dalam konteks. Sebagai contoh "seribu orang" dipakai, bukan "seribu
orang-orang". Perulangan kata juga mempunyai banyak kegunaan lain, tidak
terbatas pada kata benda.
Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak,
yaitu "kami" dan "kita". "Kami" adalah kata ganti eksklusif yang berarti
tidak termasuk sang lawan bicara, sedangkan "kita" adalah kata ganti
inklusif yang berarti kelompok orang yang disebut termasuk lawan
bicaranya.
Susunan kata dasar yaitu Subyek - Predikat - Obyek (SPO), walaupun
susunan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa
berinfleksikan kepada orang atau jumlah subjek dan objek. Bahasa
Indonesia juga tidak mengenal kala (tense). Waktu dinyatakan dengan
menambahkan kata keterangan waktu (seperti, "kemarin" atau "esok"), atau
petunjuk lain seperti "sudah" atau "belum".
Dengan tata bahasa yang cukup sederhana bahasa Indonesia mempunyai
kerumitannya sendiri, yaitu pada penggunaan imbuhan yang mungkin akan
cukup membingungkan bagi orang yang pertama kali belajar bahasa
Indonesia.
Pentingnya Menggunakan Bahasa Yang Baik dan Benar Dalam Dunia Sistem
Informasi.
Bahasa sebagai Alat Komunikasi. Komunikasi adalah tahapan lebih jauh
dari ekspresi diri. Komunikasi pun tidak akan sempurna jika orang yang
menangkap komunikasi kita tidak mengerti apa yang kita sampaikan. Maka
dari itu Menggunakan bahasa yang baik sangat penting Karena dari tata
cara bahasa seseorang kita dapat menilai kecerdasan orang tersebut.
Apabila bahasa yang digunakan baik dan benar maka bagi pendengar
tentunya lebih mudah dipahami. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan
sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan
negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita.
Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai
diri sendiri. Karena fungsi bahasa adalah untuk menyampaikan informasi
ke pada orang lain agar orang yang kita beri informasi tersebut mengerti
dan paham.
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal
itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita
harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita.
Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan
sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita
abaikan
Kemudian dalam era tahun ini yang semakin lama teknologi semakin
canggih sangat di butuhkan untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar
dalam dunia sistem infromasi agar tidak terjadi kesalahan dalam
menerima sebuah informasi.
KESALAHAN-KESALAHAN BAHASA
Kerancuan (Kontaminasi)
Kontaminasi ialah pencampuran dengan tidak sengaja. Pencampuran ini
sudah tentu tidak dapat dibenarkan karena membuat kalimat menjadi kacau
(rancu). Contoh:
1. “untuk sementara waktu” mestinya “untuk sementara” atau “untuk
beberapa waktu” .
2. “sementara orang” mestinya “beberapa orang”
3. “selain daripada itu” mestinya “selain itu” atau “lain daripada itu”;
4. “dan lain sebagainya” mestinya “dan lain-lain” atau “dan sebagainya”;
5. “berhubung karena” mestinya “berhubung dengan” atau “karena”;
6. “demi untuk” mestinya “demi” saja atau “untuk” saja;
SUMBER :
http://fendipandu.blogspot.com/2013/10/ragam-bahasa-dan-pentingnya-berbahasa_3.html
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar